GKSI

Gereja Kristen Sangkakala Indonesia

Inspirasi

Hati Nurani Si Pencuri

  • Twitter
  • Facebook
  • Pinterest
  • Gmail
  • Yahoo Mail
  • LinkedIn
Foto Ilustrasi: Ado

Pada suatu malam, seorang pencuri menyelinap ke sebuah rumah yang dihuni oleh seorang nyonya tua, yang saat itu sedang duduk di samping meja. Sungguh beruntung sekali, pikir si pencuri. Tiba-tiba terdengar tangisan nyonya tua itu dengan tersedu-sedu, lalu mengambil sebuah gunting dan mengarahkannya ke leher.

“Ah….! tidak boleh!” teriak si pencuri. Tanpa sadar ia berlaku sebagai pencuri, dia menerobos ke dalam rumah dan merampas gunting dari tangan nyonya itu.

“Biarkan aku mati…,” ronta nyonya tua itu.

“Masalah apa yang terjadi? Bicaralah padaku, untuk apa memilih jalan pintas?”

Ternyata nyonya tua itu baru saja ditinggalkan suaminya. Anak dan menantu tidak berbakti, ditambah lagi menderita sakit hingga merasakan hidup ini tidak berarti lagi. Setelah dinasehati panjang lebar, niat untuk bunuh diri tadi perlahan-lahan hilang. Setelah ramai sejenak, para tetangga mengalihkan perhatian pada si pencuri tadi.

“Terima kasih, Tuan! Tanpa pertolongan anda, tragedi malam ini tentu akan terjadi,” cetus mereka.

“Kalian terlalu sungkan. Saya menolong nyonya ini adalah suatu reaksi spontan, sungguh tidak pantas dipuji,” jawab si maling.

“Tuan, apakah marga anda?”

“Saya bermarga Tan.”

Setelah berbasa-basi sebentar, tiba-tiba salah seorang di antara mereka berkata: “Oh ya! Ada satu hal yang perlu kita ketahui,” kemudian matanya melirik kepada si maling.

“Tuan Tan, bagaimana engkau bisa sampai di sini dan menyelamatkan nyonya tua ini? Dari mana anda masuk?

Si maling menjadi pusat perhatian puluhan pasang mata. “Celaka! tak mungkin merahasiakannya lagi. Lebih baik berterus terang saja,” pikirnya.

“Saya masuk ke sini dengan memanjat tembok. Semula berniat mencuri, tak tahunya bertemu dengan seorang nyonya tua yang sedang putus asa. Niat mencuri hilang seketika begitu saya masuk ke dalam menyelamatkan si nyonya tua ini”.

Kendati para tetangga terbengong mendengarkannya, namun mengingat ia telah menyelamatkan nyawa orang, maka mereka menasehati dan bahkan memberinya uang sebelum dia pergi.

Terbukti bahwa seberapa jahatnya manusia, ia tetap memiliki hati nurani untuk menolong orang lain. Kita harus memberikan kesempatan.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pin It on Pinterest

Share This